Monumen Nasional atau yg sering disebut dengan Monas terletak di Pusat Kota Jakarta. Tugu Monas merupakan tugu kebanggaan bangsa Indonesia, selain itu monas juga menjadi salah satu pusat tempat wisata dan pusat pendidikan yang menarik bagi warga Indonesa baik yang dijakarta maupun di luar Jakarta.
Pembangunan monumen bertujuan mengenang perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945. Dengan adanya monumen itu, Soekarno berharap bisa terus membangkitkan semangat patriotisme generasi yang akan datang.
Pada tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan monumen nasional digelar pada tahun 1955. Saat itu terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Ars. Frederich Silaban (lahir di Bonandolok, Sumatera Utara, 16 Desember 1912 – meninggal di Jakarta, 14 Mei 1984 pada umur 71 tahun) yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad.
Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Presiden Soekarno. Tapi saat itu Bung Karno kurang sreg dengan rancangan Silaban. Soekarno berharap monumen itu berbentuk lingga dan yoni.
Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban lalu menolak merancang bangunan yang lebih kecil, dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik.
Soekarno yang tidak suka menunggu lalu meminta arsitek RM Soedarsono untuk melanjutkan rancangan Silaban. Lalu Soekarno mengeluarkan keputusan Presiden RI Nomor 214 Tahun 1959 tanggal 30 Agustus 1959 tentang Pembentukan Panitia Monumen Nasional yang diketuai oleh Kolonel Umar Wirahadikusumah, Komandan KMKB Jakarta Raya.
Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45, melambangkan 17 Agustus 1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ke dalam rancangan monumen itu. Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektar. Tugu ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan RM Soedarsono, dan mulai dibangun pada 17 Agustus 1961.
Keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh para arsitek Indonesia yaitu Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir Rooseno. Pada tanggal 12 Juli 1975, Monas resmi dibuka untuk umum.
Monas dibangun setinggi 132 meter dan berbentuk lingga yoni. Seluruh bangunan ini dilapisi oleh marmer.
Monumen tersebut memang terbilang unik jika dibandingkan dengan monumen atau tugu sejenisnya yang ada di kota lain.
Sebab, di puncak monumen tersebut terdapat bongkahan emas berbentuk kobaran api.
Bongkahan emas tersebut memiliki berat sekitar 38 kilogram.
Emas itu melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala.
Meski demikian, sampai saat ini tidak banyak orang yang mengetahui tentang sosok yang menyumbangkan emas yang berada di puncak Monas.
Sosok penyumbang emas untuk puncak Monas adalah Teuku Markam.
Teuku Markam lahir pada tahun 1925 di Seuneudon, Alue Capli, Panton Labu, Aceh Utara.
Puncak tugu Monas berupa 'Api Nan Tak Kunjung Padam' yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa.
Namun puncak Monas itu bukan sekadar berbentuk lidah api biasa. Konon lidah api di puncak Monas tersebut menggambarkan sesosok perempuan yang sedang duduk bersimpuh dengan gerai rambutnya yang panjang. Rambut atasnya disimpul seperti sanggul kecil. Duduk menghadap langsung ke Istana Negara.
Namun sosok wanita di lidah api Monas tersebut hanya bisa dilihat dari sisi sebelah kiri Monas atau di Jalan Medan Merdeka Barat sebelah utara, dekat dengan Istana Presiden. Patung sesosok perempuan itu sengaja dibuat dengan sebaik-baiknya agar orang yang melihatnya tidak mengetahuinya secara langsung.
Banyak yang menganggap bahwa sosok wanita dalam lidah api monas adalah salah satu ide Soekarno. Sosok wanita dalam lidah api Monas itu sering dipandangi Soekarno dari Istana Merdeka.
DESKRIPSI MONAS
Sedang Cawan pada Monas berupa seperti lesung serta mempunyai tinggi 17 mtr. dengan luas 45 x 45 mtr. sedang tinggi ruang didalam cawan adalah 8 mtr.. Keadaan Cawan ini adalah perlambangan dari hari kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945. Didalam cawan ada Ruangan Kemerdekaan yang disebut amphitheater yang dikelilingi oleh 4 atribut kemerdekaan RI ; yakni Peta Kepulauan RI, Bendera Sang Saka Merah Putih, Simbol Negara Bhineka Tunggal Ika serta Pintu Gapura yang diisi Naskah Proklamasi Kemerdekaan RI.
Bagian Bangunan Monas
1. Ruang Museum Sejarah
Ruang museum sejarah terletak 3 meter di bawah permukaan halaman Monas memiliki uran sebesar 80×80 meter. Dinding dan lantai di ruangan itu semuanya dilapisi oleh batu marmer. Di dalam ruangan Monas, pengunjung disajikan dengan 51 jendela yang mengabadikan sejarah sejak zaman kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia.
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia hingga masa pembangunan di masa orde baru. Di ruangan ini, pengunjung dapat mendengarkan suara rekaman suara Ir.Soekarno ketika membeacakan teks Proklamasi.
2. Ruang Kemerdekaan
Di ruang kemerdekaan yang terbentuk ampiteater yang terletak di dalam cawan tugu, dan juga terdapat 4 atribut kemerdekaan, yaitu peta kepulauan Negara Republik Indonesia, Lambang Negara Bhinneka Tunggal Ika dan pintu gapura yang berisi naskah Proklamasi Kemerdekaan.