Showing posts with label imam bonjol diasingkan. Show all posts
Showing posts with label imam bonjol diasingkan. Show all posts

Latar Belakang Terjadinya Perang Padri dan Sebab Tuanku Imam Bonjol Ditangkap



Gerakan perlawanan menentang penjajahan Belanda yang dilakukan oleh rakyat Sumatera Barat dipimpin oleh "Tuanku Imam Bonjol"
Minangkabau adalah daerah yang indah. Tanahnya yang subur. Adat dan kebiasaan yang berlaku didaerah itu juga kuat. Adat dibawah penghulu adat dan juga raja-raja. Dengan jalan adat, kekuasaan para raja dan juga penghulu adat dapat terus terpelihara dan dipertahankan. Namun karena adat itu pulalah rakyat kebanyakan dirugikan. Mereka tidak bisa bebas berfikir dan merdeka menyuarakan kata hatinya. Semua dibatasi oleh adat. Para raja dan penghulu adat itulah yang berkuasa dan rakyat wajib diperintah dan kehendak mereka.

Perang Padri dilatarbelakangi oleh kepulangan tiga orang Haji dari Mekkah sekitar tahun 1803, yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang yang ingin memperbaiki syariat Islam yang belum sempurna dijalankan oleh masyarakat Minangkabau. Mengetahui hal tersebut, Tuanku Nan Renceh sangat tertarik lalu ikut mendukung keinginan ketiga orang Haji tersebut bersama dengan ulama lain di Minangkabau yang tergabung dalam Harimau Nan Salapan.

Harimau Nan Salapan kemudian meminta Tuanku Lintau untuk mengajak Yang Dipertuan Pagaruyung Sultan Arifin Muningsyah beserta Kaum Adat untuk meninggalkan beberapa kebiasaan yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Dalam beberapa perundingan tidak ada kata sepakat antara Kaum Padri dengan Kaum Adat. Seiring itu beberapa nagari dalam Kerajaan Pagaruyung bergejolak, puncaknya pada tahun 1815, Kaum Padri dibawah pimpinan Tuanku Pasaman menyerang Kerajaan Pagaruyung dan pecahlah peperangan di Koto Tangah. Serangan ini menyebabkan Sultan Arifin Muningsyah terpaksa menyingkir dan melarikan diri dari ibu kota kerajaan. Dari catatan Raffles yang pernah mengunjungi Pagaruyung pada tahun 1818, menyebutkan bahwa ia hanya mendapati sisa-sisa Istana Kerajaan Pagaruyung yang sudah terbakar.


Dalam sejarah perang padri terdapat dua periode yaitu periode pertama dan periode kedua. Untuk perang padri pada periode pertama terjadi antara kaum padri (para ulama) dengan kaum adat. Pada tahun 1815 terjadilah serangan kaum padri kepada kerajaan Pagaruyung. Serangan tersebut dipimpin oleh Tuanku Pasuman. Latar belakang penyerangan kaum padri karena tidak adanya kesepakatan dalam perundingan antara kaum pardi dengan kaum adat. Peperangan yang terjadi membuat kekalahan Sultan Arifin Muningsyah. Kemudian beliau melarikan diri ke Kerajaan.

Sejarah perang padri tidak berhenti begitu saja. Akibat kekalahan dari kaum adat tersebut, kaum adat meminta bantuan kepada Belanda. Akhirnya terciptalah perjanjian Belanda dengan Kerajaan Pagaruyung (atas nama Sultan Tangkal Alam Bagar). Perjanjian tersebut berisi penyerahan kerajaan kepada pihak Belanda. Kemudian dibentuklah penguasa baru yaitu Sultan Tangkal. Pada bulan April 1821, terjadi penyerangan balik oleh kaum adat yang dibantu pihak Belanda. Mereka melakukan serangan di daerah Sulit Air dan Simawang. Akhirnya para kaum padri berhasil di pukul mundur dari daerah Pagaruyung. Kemudian Belanda melakukan pembangunan benteng pertahanan di Batusangkar. Benteng ini dinamakan Fort Ban Der Capellen.

Kaum padri selanjutnya bertempat di kota Lintan. Mereka melakukan penyusunan strategi, memperkuat pasukan, mempertahankan wilayah dari serangan musuh serta menghadang musuh apabila melakukan pergerakan. Dalam sejarah perang padri ini, para kaum padri melakukan perlawanan yang habis habisan. Bahkan kaum adat yang di bantu oleh Belanda sampai kewalahan. Hal tersebut terbukti pada bulan September 1822, mereka mundur menuju Batusangkar. Karena Belanda kesulitan dalam melawan kaum padri akhirnya mereka mengusulkan untuk melaksanakan genjatan senjata. Usulan Belanda tersebut disampaikan kepada Tuanku Imam Bonjol (pimpinan kaum padri) melewati residen yang berada di Padang. Pada tanggal 15 September 1925 dilaksanakan genjatan senjata dengan melakukan Perjanjian Masang.

Sejarah perang padri pada periode pertama ini terbentuklah perjanjian Masang antara kaum padri dengan Belanda. Genjatan senjata tersebut dimanfaatkan oleh Tuanku Imam Bonjol untuk lebih dekat dengan kaum adat serta melakukan pemulihan kekuatan. Usaha tersebut akhirnya membuahkan hasil yaitu kaum adat dapat mempercayai beliau. Kemudian terbentuklah kerjasama Plakat Puncak Pato antara kaum padri dengan kaum adat. Kesepakatan kerjasama ini berlangsung di kota Marapalam. Kerjasama Plakat Puncak Pato berpedoman kepada adat minangkabau yang beragama Islam serta berpedoman kepada Al Qur'an.

Selanjutnya terdapat sejarah perang padri periode kedua. Pada perang padri periode kedua ini terjadi perlawanan antara Belanda dengan gabungan kaum adat dan kaum padri. Peperangan ini berlangsung di kota Minangkabau pada tahun 1833. Belanda kemudian menangkap Sultan Tangkal Bagar karena dianggap sebagai penghianat. Pihak Belanda melawan seluruh masyarakat minangkabau karena kaum adat dan kaum padri sudah bersatu. Pada tahun 1833, Belanda mengeluarkan pengumuman yang isinya bahwa mereka tidak akan menguasai daerah tersebut karena kedatangn Belanda hanya untuk berdagang dan menjaga keamanan Minangkabau. Belanda juga membangun jalan dan sekolah untuk rakyat Minangkabau. Namun rakyat minangkabau harus menanam kopi dan menjualnya kepihak Belanda.

Peperangan dalam sejarah perang padri periode kedua ini berlangsung selama 5 tahun. Belanda melakukan serangan secara beruntun untuk menembus benteng bonjol dan menguasainya. Belanda melakukan pengepungan terhadap benteng bonjol selama kurang lebih 1 tahun. Hal tersebut membuat penyetopan suplai makanan dan senjata kepada pasukan Imam Bonjol. Karena Belanda sulit mengalahkan Imam Bonjol, kemudian ia mengirimkan undangan genjatan senjata. Genjatan senjata tersebut di terima oleh Imam Bonjol dengan pertimbangan yang matang. Genjatan senjata tadi berlangsung selama 14 hari. Bendera putih akan dikibarkan selama terjadinya genjatan senjata. Kemudian Imam Bonjol diundang ke kota Palupuh untuk melakukan perundingan namun tidak diperbolehkan membawa senjata apapun.

Menurut sejarah perang padri, perundingan yang dilakukan oleh Belanda merupakan tipu muslihat agar dapat menangkap Tuanku Imam Bonjol. Penangkapatn tersebut terjadi pada Oktober 1837. Kemudian Imam Bonjol diasingkan ke Manado, Cianjur dan Ambon dalam kurun waktu tertentu. Pengasingan Imam Bonjol berlangsung selama 27 tahun karena pada tanggal 8 November 1864, beliau meninggal dunia. Walaupun benteng Bonjol telah dikuasai Belanda, namun rakyat Minangkabau terus melakukan perlawanan. Pada tanggal 28 Desember 1828, serangan terhadap Belanda dilaksanakan dengan pimpinan Tuanku Tambusai. Namun benteng kaum padri yang terakhir berhasil dikalahkan oleh Belanda. Kemudian mereka berpindah ke wilayah Negeri Sembilan, Semenanjung Malaya. Akhirnya perang padri berakhir dengan kemenangan Belanda melawan kaum padri.


Sejaraah Lengkap Kerajaan Kediri dari Awal Masa Berdirinya hingga Penyebab Runtuhnya Serta Peninggalannya

  Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan putusan Raja Airlangga selaku pemimpin dari Kerajaan Mataram Kuno yang terakhir. Dia membag...